Home » » Kami Bukan Pelacur

Kami Bukan Pelacur

Kami tidak pernah bermimpi setinggi langit & kami juga tidak pernah tersenyum lebar, selebar luasnya Samudra Hindia. Kami bukannya tuli atau pun buta, namun inilah kami. Manusia tanpa rasa & akal pikiran, yang sering anda temukan  atau bahkan anda hina seperti binatang jalang kelaparan yang tak bertuan.

 






Entah dari mana & bagaimana asal usulnya, mereka bisa menjadi menderita gangguan jiwa seperti ini. Sebuah misteri, yang jarang diperdebatkan apa lagi dipikirkan titik temunya. Menjadi ironi kelam yang nyata terjadi & mereka alami sendiri sebagai orang yang sedang menderita gangguan jiwa.

Karena sudah bukan rahasia umum lagi, jika kerasnya dunia bebas dijalanan Ibukota. Banyak menelan korban kekerasan, baik itu berupa fisik atau pun mental. Inilah potret permasalahan klasik, yang kerap dihadapi para penderita gangguan mental terutama kaum wanita.

Diluar sana, mereka seolah tidak ada bedanya dengan para pelacur jalanan. Yang terus diburu kehormatannya dari pergantian detik menjadi menit. Dan entahlah mereka pun tidak tahu, harus menikmati semua itu atau meminta pertolongan dengan keras. Karena mereka yang sekarang, tidak diciptakan untuk berfikir & bertindak seperti kita manusia normal pada umumnya.

Di kemudian hari, siapa yang akan bertanggung jawab. Ketika  bayi tersebut lahir ke dunia, sebuah pertanyaan sederhana yang tidak akan ada kunci jawabannya sekarang & nanti. Seolah menjadi cerminan nyata, dari keboborokan sytem tata kelola, sumber daya manusia yang anda di Nusantara ini. Yang lebih mementingkan aspek nilai & prestasi, ketimbang masalah moral & akhlak.

Yang menjadi bumbu pelengkap, diriuh rendahnya suasana di kehidupan masyarakat kita yang ramah tamah. Tidak ada ruang & tempat aman di Bumi Pertiwi ini, karena ruang aman & tenang tidak diciptakan melainkan dibeli dengan uang.

Maka tidak heran, banyak dari mereka para penderita gangguan jiwa. Tidak dibawa kepusat rehabilitasi, oleh keluarga atau bahkan kerabatnya. Karena saat ini, memerlukan biaya yang tidak sedikit setiap bulannya. Seperti politik dagelan yang berbunyi “ Ada uang abang disayang, tidak ada uang abang ditinggal “. 


Kesimpulan : Jangan perlakukan kami seperti binatang, ketika anda mau dihargai & dihormati selayaknya manusia.

0 comments: