Home » » Mari Bermain Rebana

Mari Bermain Rebana

Kini & nanti mungkin kita yang tinggal di Indonesia tidak akan sering lagi mendengar suara merdu dari sebuah alunan Rebana khas orang – orang melayu. Karena perlahan tetapi pasti suara merdu tepukan Rebana itu kalah merdu dibanding suara gaduh politik,knalpot kendaraan & demo para sarjana muda yang setiap harinya selalu & selalu menghiasi telinga kita.
Ditengah mulai padamnya minat anak muda saat ini, yang kurang suka bermain musik Rebana ada sosok penerang yang selalu melantunkan pukulan Rebana tersebut yaitu para ibu – ibu pengajian yang dari waktu ke waktu terus semangat bermain & turut serta melestarikan alat musik Rebana dari satu masjid ke masjid yang lain & dari satu rumah ke rumah berikut tanpa pernah mengeluh sedikit pun. 


Setelah itu tidak ada lagi suara merdu Rebana, kita dengarkan mengalun seirama & indah.Apa mungkin kita bisa mendengar alunan indah Rebana kembali, setelah kita beranjak menjadi orang tua yang sudah keriput ? Jangan sampai hal tersebut terjadi, karena tidak semua dari kita bisa mencapai usia tua & pantas menjadi tua.

Sebenarnya banyak keuntungan yang diperoleh ketika kita bermain Rebana yang tidak akan kita temukan dialat musik pada umumnya seperti Gitar, Harpa, Drum, Bass & Saxophone adalah ketika anda bermain Rebana, maka disaat itulah anda bermain untuk melestarikan kebudayaan & mendapat limpahan pahala dari setiap tepukan Rebana yang kita pukul.


Jangan sampai nasib alat musik Rebana, bernasib seperti benda - benda sejarah yang bernilai seni tinggi tapi hanya terpanjang rapi disetiap sudut kaca Museum yang sepi & hening. Maka dari itu, ini adalah tanggung jawab bersama kita semua bukan hanya pemerintah atau bahkan ibu - ibu pengajian untuk tetap menendangkan tepukan Rebana tapi kita sebagai anak muda juga harus turut serta melestarikan alat musik Rebana ini.

Kesimpulan : Warisan terindah & termahal itu bukan berupa harta berlimpah, tapi sebuah tindakan & perilaku kita semasa hidup yang akan menjadi contoh untuk bekal anak & cucu kita selanjutnya.





0 comments: